Tafsir Al Baqarah Ayat 17-25
Ayat 17-20: Allah membuat dua permisalan untuk orang-orang munafik, menerangkan keadaan mereka, kebingungan dan kesesatan mereka
Ayat 21-22: Menetapkan keesaan Allah dan kekuasaan-Nya, serta wajibnya beribadah kepada-Nya
Ayat
23-25: Menyebutkan kemukjizatan Al Qur’an, tantangan kepada kaum
musyrikin mengenai Al Qur'an, menetapkan kenabian Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam, menerangkan balasan orang-orang kafir dan balasan
untuk orang-orang mukmin
مَثَلُهُمْ
كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ
ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لا يُبْصِرُونَ
(١٧)صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لا يَرْجِعُونَ (١٨)أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ
السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ
فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ
بِالْكَافِرِينَ (١٩)يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا
أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ
شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٢٠)يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ
الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
(٢١)الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً
وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ
رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
(٢٢)وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا
فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ
اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٢٣)فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ
تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ (٢٤)وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الأنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا
الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ
فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (٢٥
Terjemah Surat Al Baqarah Ayat 17-25
17. Perumpamaan mereka adalah seperti orang-orang yang menyalakan api[1],
setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang
menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat
melihat[2].
18. Mereka tuli, bisu dan buta[3], sehingga mereka tidak dapat kembali (ke jalan yang benar),
19. Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan[4], petir dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya, (menghindari) suara petir itu karena takut mati[5]. Allah meliputi orang-orang yang kafir[6].
20.
Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat
itu) menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap
menimpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya
Dia menghilangkan pendengaran dan penglihatan mereka[7]. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu[8].
21. Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa[9].
22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu[10] dan langit[11]
sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu
Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki
untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi
Allah[12], padahal kamu mengetahui[13].
23. Dan jika kamu meragukan (Al Quran)[14] yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad)[15], maka buatlah[16] satu surat yang semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
24. Jika kamu tidak mampu membuatnya dan pasti kamu tidak akan mampu[17], maka takutlah kamu akan api neraka[18] yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir[19].
25.
Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan
berbuat baik, bahwa untuk mereka disediakan surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai[20].
Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka
berkata, "Inilah rezeki yang pernah diberikan kepada kami dahulu[21]." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci[22]. Mereka kekal di dalamnya[23].
[1]
Orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil manfaat dari
petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah, karena sifat-sifat
kemunafikkan yang bersemi dalam dada mereka. Keadaan mereka digambarkan
Allah seperti dalam ayat tersebut di atas.
[2]
Mereka terombang-ambing dalam gelapnya kesesatan namun mereka tidak
sadar dan tidak ada harapan lagi untuk keluar daripadanya tidak ubahnya
seperti sebuah rombongan yang berada di malam yang gelap, di mana salah
seorang di antara mereka menyalakan api yang besar untuk penerangan dan
menghangatkan badan. Ketika api telah membesar dan menerangi
sekelilingnya, saat itu juga api pun padam sehingga mereka kebingungan
tidak dapat melihat apa-apa dan tidak mengetahui jalan.
[3]
Walaupun pancaindera mereka sehat mereka dipandang tuli, bisu dan buta
karena tidak dapat menerima kebenaran. Oleh karena itu, mereka tidak
dapat kembali kepada keimanan dan kebenaran yang telah mereka tinggalkan
dan mereka ganti dengan kesesatan. Berbeda dengan orang-orang yang
meninggalkannya karena tidak mengetahui, mereka ini lebih mudah kembali.
[4] Kegelapan malam dan kegelapan awan.
[5]
Keadaan orang-orang munafik itu, ketika mendengar ayat-ayat yang
mengandung peringatan adalah seperti orang yang ditimpa hujan lebat dan
petir. Mereka menyumbat telinganya karena tidak sanggup mendengar
peringatan-peringatan Al Qur’an itu.
[6] Maksudnya pengetahuan dan kekuasaan Allah meliputi orang-orang kafir.
[7]
Dalam ayat ini, Allah menakut-nakuti orang-orang munafik dengan azab di
dunia agar mereka takut sehingga berhenti dari melakukan keburukan dan
berbuat nifak.
[8]
Sekiranya Allah tidak memberikan tangguh kepada mereka, tentu Allah
akan menghilangkan pendengaran dan penglihatan mereka, dan Dia Mahakuasa
terhadapnya kapan saja waktunya, tidak ada sesuatu pun yang
menghalangi-Nya. Di ayat ini juga terdapat bantahan kepada kaum
Qadariyyah (yang mengingkari taqdir) yang mengatakan bahwa perbuatan
mereka tidak di bawah kekuasaan Allah Ta'ala, padahal perbuatan mereka
termasuk yang berada di bawah kekuasaan-Nya.
[9]
Ayat ini merupakan seruan Allah kepada semua manusia agar beribadah
kepada Allah yang mengurus mereka dengan nikmat-nikmat-Nya dan agar
mereka takut kepada-Nya serta tidak menyelisihi agama-Nya. Dialah yang
mengadakan mereka yang sebelumnya tidak ada, Dia pula yang mengadakan
orang-orang sebelum mereka. Ayat "agar kamu bertakwa" bisa maksudnya
bahwa jika kita beribadah kepada Allah saja, berarti kita telah menjaga
diri dari kemurkaan dan siksa-Nya, bisa juga maksudnya bahwa jika kita
beribadah kepada Allah, kita dapat menjadi orang-orang yang bertakwa.
Kedua maksud tersebut adalah benar, oleh karena itu barangsiapa yang
beribadah kepada Allah Ta'ala secara sempurna maka ia tergolong sebagai
orang-orang yang bertakwa, dan jika tergolong orang-orang yang bertakwa,
maka ia akan memperoleh keselamatan dari azab Allah dan kemurkaan-Nya.
[10] Agar manusia dapat hidup dengan mudah di atasnya.
[11]
Langit atau dalam bahasa Arabnya disebut samaa' artinya semua yang ada
di atas kita. Oleh karena itu, ahli tafsir menafsirkan samaa' atau
langit di sini dengan awan.
[12] Ialah segala sesuatu yang disembah selain Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.
[13]
Yakni mengetahui bahwa Dialah satu-satunya yang menciptakan dan
memberikan rezeki. karena itu hanya Dia sajalah yang berhak disembah,
tidak selain-Nya. Ayat ini memerintahkan kita untuk beribadah kepada
Allah Ta'ala saja dan meniadakan sesembahan selain Allah apa pun
bentuknya sebagai cerminan dari kalimat Laailaahaillallah. Dalam ayat
ini terdapat tauhid Rububiyyah (pernyataan bahwa hanya Allah saja yang
menciptakan, mengatur, menguasai dan memberikan rezeki kepada alam
semesta) dan uluhiyyah (keberhakan-Nya diibadahi). Jika kita mengetahui
bahwa hanya Dia yang menciptakan dan mengatur alam semesta, maka hanya
Dia pula yang berhak diibadahi; tidak selain-Nya.
[14]
Orang yang masih meragukan jika sebelumnya tidak mengenal yang hak,
lalu diterangkan yang hak itu, maka diharapkan mau mengikuti jika memang
dalam hatinya ada niat mencari yang hak. Adapun orang yang tetap
menentang, yakni sudah mengetahui yang hak, namun malah ditinggalkannya,
maka tidak mungkin rujuk, demikian juga orang yang meragukannya dan
niat untuk mencari yang hak tidak benar, pada umumnya ia juga tidak mau
mengikuti.
[15]
Jika kalian wahai orang-orang kafir tetap meragukan Al Qur'an yang
diturunkan kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak
mengenal tulis-baca dan kalian mengira bahwa ia bukan dati sisi Allah.
Disebut "hamba Kami" oleh Allah Ta'ala dalam ayat tersebut merupakan
kedudukan besar bagi Beliau.
[16]
Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang
kebenaran Al Quran. Al Qur'an itu tidak dapat ditiru walaupun hanya satu
surat meskipun mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa karena ia
merupakan mukjizat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
[17]
Hal ini merupakan bukti kebenaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam dan apa yang dibawanya. bagaimana mungkin makhluk yang diciptakan
dari tanah (manusia) sanggup mengatakan perkataan yang sama dengan
perkataan Rabbul 'aalamin, apakah makhluk yang memiliki kekurangan dan
fakir ini mampu menandingi perkataan Zat yang memiliki kesempurnaan
secara mutlak. Setiap orang yang memiliki rasa bahasa dan pengetahuan
tentang berbagai macam perkataan pasti akan mengetahui perbedaan yang
nampak ketika Al Qur'an ini dibandingkan dengan perkataan para ahli
sastera.
[18]
Yaitu dengan beriman kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan
ta'at kepada Allah Ta'ala. Api neraka yang sudah disiapkan Allah Ta'ala
untuk orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya bahan bakarnya
manusia dan batu, maka janganlah kamu kafir setelah jelas bagimu
kebenarannya. Setelah itu, pada ayat selanjutnya Allah Ta'ala
menyebutkan balasan jika mereka mau beriman sebagaimana pada ayat
selanjutnya. Seperti inilah cara yang digunakan Al Qur'an, menggabung
antara targhib (memberikan dorongan) dan tarhib (menakut-nakuti) agar
seorang hamba ketika berharap sambil bersikap cemas, dan ketika takut
sambil tetap berharap dan tidak berputus asa.
[19]
Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang kafirlah yang kekal di neraka.
Adapun orang yang beriman (muslim) meskipun melakukan dosa besar, maka
ia tidak kekal di neraka.
[20]
Yakni berikanlah kabar gembira wahai Rasul dan orang yang menjadi
pewarisnya (para ulama) kepada orang-orang yang beriman dengan hatinya
dan beramal shalih dengan anggota badannya, di mana mereka membuktikan
iman mereka dengan amal shalih, bahwa mereka akan memperoleh taman-taman
yang indah, dan di bawah istana yang tinggi serta pohon yang lebat ada
sungai-sungai yang mengalir; ada sungai yang berair tawar, sungai susu,
sungai madu dan sungai khamr (arak) sebagaimana dalam surat Muhammad
ayat 15; mereka bisa memancarkan dan mengarahkannya ke arah yang mereka
kehendaki.
Amal yang baik disebut amal yang
shalih, karena dengan amal shalih akan menjadi baik keadaan seorang
hamba, urusan agama dan dunianya, hidupnya di dunia dan akhiratnya dan
hilang daripadanya keadaan yang buruk sehingga ia termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang shalih, dan cocok untuk tinggal di sisi Ar
Rahman di surga-Nya.
[21]
Setiap kali Allah memberikan rezeki berupa satu jenis buah-buahan yang
nikmat, mereka berkata, "Dahulu, Allah juga melimpahkan rezeki jenis
ini." Ketika mereka memakannya, mereka merasakan sesuatu yang baru dalam
hal rasa dan lezatnya, meskipun buah-buahan itu mirip dengan sebelumnya
di dunia baik warna, nama dan nampak dari luarnya.
[22]
Suci dari semua kotoran hissiy (yang dapat dirasakan) seperti buang air
kecil, buang air besar, ingus, riak, haidh, dsb. demikian juga suci
dari kotoran maknawi seperti dusta dan akhlak yang buruk.
[23]
Kenikmatan di surga itu adalah kenikmatan yang serba lengkap, baik
jasmani maupun rohani, penghuninya senantiasa memperoleh kenikmatan,
mereka tidak mati di dalamnya dan tidak akan dikeluarkan. Dalam ayat ini
terdapat anjuran memberikan kabar gembira kepada kaum mukmin untuk
mendorong mereka beramal dengan menyebutkan balasan yang akan diperoleh,
dengan begitu membuat mereka ringan dalam beramal shalih. Kabar gembira
yang paling besar bagi seseorang adalah diberi-Nya taufiq untuk beriman
dan beramal shalih, ia merupakan awal kabar gembira dan asalnya,
setelahnya kabar gembira ketika meninggal dan setelahnya lagi adalah
masuk ke tempat yang penuh kenikmatan. Kita meminta kepada Allah agar
kita semua dimasukkan ke dalamnya, Allahumma aamiin.
- See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-17-25.html#sthash.IsQwkE2i.dpuf
0 Komentar