"Rahasia Hidayah dan 10 Penghalang Hidayah"
Hidayah artinya petunjuk. Dan Allah menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk, Allah berfirman di pembukaan surah Al Baqarah: dzaalikal kitaabu laa raiba fiih, hudal lilmuttaqiin ( inilah al kitab – Al Qur’an- yang tiada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa). Dari ayat ini kita paham bahwa untuk mendapatkan hidayah Al Qur’an secara utuh, syaratnya harus bertaqwa. Bahwa banyak orang yang mengaku beriman kepada Al Qur’an, tetapi belum mendapatkan hidayahnya. Bahwa tidak semua orang Islam patuh kepada tuntunan Al Qur’an. Perhatikan berapa banyak dari umat ini yang melanggar dengan sengaja apa yang diharamkan dalam Al Qur’an. Berapa banyak yang dengan tanpa merasa berdosa, mereka berani membuka aurat, berzina, korupsi, makan harta riba, padahal mereka secara ritual menegakkan shalat, pergi haji, dan melaksanakan puasa Ramadhan.
Lebih jauh, banyak dari para anak yang berani kepada orang tuanya, menyakiti hati ibunya, padahal tuntunan mencintai orang tua dan mengabdi kepada mereka, adalah tuntunan yang sudah lama Allah turunkan. Semua nabi yang Allah utus diperintahkan untuk menyampaikan hal tersebut. Al Qur’an sangat jelas menceritakan syariah ini. Tidak ada keraguan di dalamnya bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua adalah sebuah keniscayaan. Tetapi sayang syariah ini telah banyak diabaikan. Berapa banyak orang tua yang terlantar atau sengaja ditelantarkan dengan alasan mengejar harta. Kesibukan telah membuat para anak mencari alasan untuk menghindar dari kewajiban membantu orang tua. Lebih parah, bahwa seringkali orang tua disakiti hatinya, ditunggu harta warisannya, dan dipercepat kematiannya. Padahal para anak itu secara ritual rajin shalat dan rajin melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. Di manakah hidayah dalam hatinya.
Banyak juga dari orang tua yang hanya sibuk mendidik anak-anak mereka untuk urusan mencari makan. Sementara untuk urusan agamanya diabaikan. Akibatnya banyak anak muda yang kini berhasil secara duniawi, sementara mereka secara akhirat, sangat minim bekalnya. Mereka tidak tahu cara mengisi waktunya. Shalat ditegakkan secara formalitas, sementara di saat yang sama mereka bergaul bebas, dengan tanpa merasa berdosa. Tidak sedikit dari mereka yang terbiasa berzina. Dan itu dianggap sah-sah saja. Pun sudah banyak buktinya dari mereka yang hamil dan punya anak di luar nikah. Para orang tua mereka di saat yang sama orang-orang yang taat beribadah. Dalam kondisi seperti ini, kita bertanya, di manakah peran hidayah Al Qur’an yang mereka yakini? Apa arti pengakuan beriman kepada Al Qur’an, bila ternyata secara terang-terangan ajaran Al Qur’an di abaikan? Apakah cukup hidayah Al Qur’an, diartikan sebatas kepatuhan ritual saja, sementara secara moral sangat bejat?
Bila dilacak lebih jauh, ternyata banyak dari para koruptor, adalah orang-orang yang mengaku beriman kepada Al Qur’an. Demikian juga tidak sedikit dari para pelacur yang memakai jilbab dan mengaku sebagai seorang muslim. Ketika ditegur, mereka menjawab: inilah jalan yang bisa dilakukan untuk hidup. Bukan hanya itu, sogok-menyogok juga dianggap jalan halal untuk mendapatkan penghasilan. Lebih parah lagi, perampokan, pencurian, melakukan sistem riba dan lain sebagainya, sengaja mereka lakukan demi untuk mendapatkan tambahan income. Dan ini semua dianggap lumrah dan boleh-boleh saja. Padahal di dalam Al Qur’an dan As sunnah itu semua jelas diharamkan.
Bandingkan dengan kondisi para sahabat ketika mereka mengambil hidayah ini. Seketika mereka langsung mengambilnya secara utuh. Mereka menerima Al Qur’an secara maksimal, tidak main tebang pilih. Ketika datang perintah shalat mereka langsung menegakkannya secara maksimal. Ketika turun larangan minum khamer, mereka seketika segera meninggalkannya. Sampai dikatakan bahwa pada saat itu kota Madinah banjir khamer. Karenanya mereka berkah, sebagaimana berkahnya Al Qur’an. Mengapa? Karena mereka benar-benar mengambil Al Qur’an secara lengkap, tidak sebagian-sebagian. Dari sini jelas bahwa tidak akan berkah suatu umat yang hanya mengambil Al Qur’an sepenggal-sepenggal. Perhatikan apa yang telah dicapai para sahabat, sebagai bukti keberkahan. Mereka telah berhasil membangun peradaban yang indah dan menyelamatkan kemanusiaan, belum pernah sebelum atau sesudahnya ada kaum yang bisa membangun peradaban yang sama. Padahal jumlah mereka sangat sedikit, dibanding dengan jumlah umat Islam saat ini.
Kini kita sangat butuh cara mengambil hidayah Allah seperti apa yang telah diperbuat oleh para sahabat. Hidayah yang mengantarkan agar manusia benar-benar kenal siapa Tuhan mereka. Hidayah agar orang-orang beriman tidak menjadi umat yang pasif, melainkan umat yang bergerak dengan penuh keseimbangan (tawazun): seimbang antara ritual dan sosial, pun seimbang antara dunia dan akhirat. Hidayah agar umat ini benar-benar mengambil ajaran Allah secara utuh dan maksimal bukan sepenggal-sepenggal. Sungguh rahasia keberkahan umat ini adalah ketika mereka mengambil hidayah Allah secara komprehensif. Inilah langkah yang harus kita buktikan.
10 Penghalang Hidayah
1. Lemahnya Ilmu
Kebodohan menjadi sebab paling dominan terhalangnya orang-orang kafir untuk masuk Islam, juga orang Islam yang menampik sebagian syariat Islam. Sebagaimana dikatakan, "Manusia akan menjadi musuh bagi sesuatu yang ia bodoh terhadapnya".
2. Tidak Mau Mengamalkan Ilmunya
Meski telah berilmu, hidayah tidak akan datang bagi orang yang gersang hatinya. Seperti tanah keras yang dibasahi air, tidak dapat menjadikan tumbuhnya tanaman. Ketika hati keras, nasihat tak akan masuk di hatinya, meski ia tahu kebenarannya
3. Hasad dan Sombong
Karenanya, iblis tak tunduk kepada Allah, Abu Jahal tidak beriman, begitupun kaum yahudi dan nashrani, "Sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran" (QS. Al Baqarah:109)
4. Takut Kehilangan Jabatan
"Dan mereka berkata: "Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?" (QS Al Mukminun:47). Diriwayatkan tatkala Fir'aun hendak mengikuti Musa, menterinya yang bernama Haman berkata, "Apakah Tuan ingin menjadi hamba yang menyembah selain Tuan, setelah tadinya orang lain yang menyembah tuan?" Maka Fir'aun memilih riyasah (jabatan) daripada hidayah.
5. Mengutamakan Hawa Nafsu
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakan yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS Al Jatsiyah:23)
6. Lebih Mengutamakan Keluarga dan kerabatnya
"Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik" (QS At Taubah:24)
7. Fanatisme Kesukuan dan Kebangsaan
Penyakit ini menyebabkan orang-orang dahulu menolak perintah untuk berhijrah, padahal mereka mampu. "Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam keadaan menzalimi sendiri, mereka(para malaikat) bertanya, "Bagaimana kamu ini?" Mereka menjawab, "Kami orang-orang yang tertindas di bumi (Mekah)". Mereka (para malaikat) bertanya, "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah (berpindah-pindah) di bumi itu?" Maka orang-orang itu tempatnya di neraka jahanam dan (Jahanam) itu seburuk-buruk tempat kembali.
8. Takut Meninggalkan Adat Nenek Moyangnya
Allah berfirman: "Apabila dikatakan kepada mereka: Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti rasul". Mereka menjawab "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk" (QS Al Maidah:104)
9. Enggan Mengikuti Islam Karena Telah Dianut Oleh Musuhnya
Seperti kaum Yahudi Madinah yang tidak mengimani Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam karena musuhnya (kaum Anshar) lebih dahulu mengikuti Nabi
10. Lebih Mengutamakan Sahabat dan Teman
"Dan (ingatlah) hari (ketika) orang zalim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata. "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan (yang lurus) bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan jadi teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran telah datang kepadaku" (QS Al Furqon: 27-29)
Semoga manfaat sebagai Renungan buat kita semua....
yang benar haq semua datang-Nya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,Yang kurang dan khilaf mohon sangat dimaafkan...
’’Akhirul qalam “Wa tawasau bi al-haq Watawa saubil shabr “.Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala . senantiasa menunjukkan kita pada sesuatu yang di Ridhai dan di Cintai-Nya..Aamiin Allahuma AAmiin.
Sumber :
0 Komentar