Meraih Kebahagiaan Hakiki
Buletin At Tauhid Edisi 4 Tahun X
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Segala
puji bagi Allah, Dzat yang penuh kasih sayang kepada hamba-Nya.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada utusan-Nya, Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta keluarga, para sahabat, dan umatnya yang ta’at mengikuti sunnah-sunnahnya.
Bahagia,
sebuah harapan yang siapapun pasti ingin mendapatkannya. Hingga seorang
penjahat yang sangat bengis pun pasti dia ingin hidup bahagia. Banyak
orang menempuh jalan-jalan yang mereka anggap jalan menuju kebahagiaan.
Apakah benar mereka menuju kebahagiaan atau jangan-jangan menuju
kebinasaan? Lalu kebahagiaan macam apakah yang mereka cari? Lantas
bagaiamanakah caranya agar kita benar-benar mendapatkan kebahagiaan yang
hakiki?
Jalan Kebahagiaan
Jalan kebahagiaan yaitu jalan yang selalu kita minta kepada Allah Ta’ala setiap kali kita shalat, “Tunjukilah
kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan
(pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al Fatihah : 6-7)
Lalu jalan siapakah yang Allah telah beri nikmat kepada mereka? Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Yaitu jalan orang-orang yang disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya (yang artinya), “Dan
Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
yaitu : Nabi-nabi, Para shiddiiqiin (orang-orang yang teguh
kepercayaannya kepada Nabi), orang-orang yang mati syahid, dan
orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS. AnNisaa’ : 69)(lihat Tafsir Ibnu Katsir)
Dan mereka itulah orang-orang yang sudah jelas dijamin kebahagiaannya oleh Allah Ta’ala.
Bahagia Semu dan Bahagia Hakiki
Banyak
orang tertipu akan kemilau dan gemerlapnya dunia. Ada yang berjuang
mati-matian mengumpulkan harta, ada yang mencari gelar dan pangkat
setinggi langit, dan ada juga yang menceburkan dirinya ke dalam
ketenaran di mata manusia. Dan jika mereka semua ditanya, pasti mereka
sedang mencari kebahagiaan dengan hal itu. Namun itu semua adalah
bahagia yang semu, bahagia yang berujung sengsara jika telah hilang apa
yang mereka cari.
Syaikh Dr. Nashir bin Sulaiman Al ‘Umar hafizhahullah
mengatakan, “Betapa banyak orang yang kaya raya kemudian tiba-tiba
lenyap hartanya, dan hilang kekayaannya oleh suatu sebab, kemudian sisa
hidupnya penuh dengan penderitaan dan kebinasaan” (As Sa’adatu bainal wahmi wal haqiqati, hal. 4)
Kebahagiaan Hakiki
Kita
sudah tahu, ternyata apa yang diusahakan oleh kebanyakan manusia untuk
memperoleh kebahagiaan tidak mengantarkan mereka kepada kebahagiaan yang
hakiki. Memangnya dengan harta, dengan jabatan, atau dengan makanan yang lezat kita bisa bahagia? Namun apakah itu semua adalah sebenar-benar kebahagiaan?
Melihat semua itu, ketahuilah bahwa bahagia ada dua macam, yaitu :
1. Kebahagiaan Inderawi,
seperti berlimpahnya makanan yang lezat, minuman yang segar, pakaian,
kendaraan, dan apa saja yang menjadi kebutuhan utama hidup kita dan
tidak lebih dari itu. Maka kebahagiaan semacam ini bisa dirasakan baik
oleh orang-orang yang beriman maupun orang kafir
2. Kebahagiaan Rohani,
yaitu dengan bahagianya hati, lapangnya dada, pemandangan yang
menyejukkan mata, dan ketenangan hidup. Dan inilah kebahagiaan yang
seandainya bisa dibeli dengan uang niscaya orang-orang kaya pun akan
berlomba untuk membelinya, samapai-sampai orang yang miskin sekalipun
akan rela berhutang untuk mendapatkannya. Namun bukanlah demikian
adanya, akan tetapi kebahagiaan ini hanya diberikan kepada hamba-hamba
Allah yang Dia kehendaki.(lihat Risalah ‘Ilmiyyah Syaikh Abdul Aziz As Sadhan)
Sebab-sebab Memperoleh Kebahagiaan Hakiki
Allah Ta’ala memberikan resep hidup bahagia yang sebenar-benarnya (hakiki) di dalam firman-Nya (yang artinya), “Barang
siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS. An Nahl : 97)
Semua
itu bisa kita dapatkan jika kita mau beramal shaleh disertai dengan
penuh keimanan dan keihklasan mengharap ridha Allah dan sesuai tuntunan
Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Amal-amal Shaleh yang Bisa Menjadi Sebab Mendapatkan Kebahagiaan
1. Kuatnya tauhid
Maka seorang mu’min yang kuat di dalam mentauhidkan Allah Ta’ala
tidak akan pernah menyandarkan nikmat dan bencana kecuali kepada-Nya.
Maka sungguh indah apa yang dikatakan oleh Al Qadhi Syuraih, “Tidaklah
aku ditimpa suatu musibah kecuali aku tetap memuji Allah Ta’ala karena empat perkara : Pertama, karena Allah memberikan kesabaran kepadaku untuk menghadapinya; Kedua, karena Allah memberikan aku kesempatan untuk ber-istirja’(yaitu mengatakan : ”Inna lillÄhi wa innÄ ilaihi rÄji’uun”); Ketiga, Allah tidak memberikan kepadaku musibah yang lebih besar darinya; Keempat, Allah tidak menjadikan musibah itu di dalam agamaku”
2. Berdoa dan merendahkan diri hanya kepada Allah Ta’ala semata
Seseorang yang ketika dia berdo’a hanya ditujukan kepada Allah pastilah hatinya akan merasa tenang dan yakin. Dengan
hal itulah dia akan selalu bahagia. Karena dia meminta kepada Dzat yang
Maha Dekat lagi Maha Mengabulkan do’a setiap hamba-Nya.“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah) : bahwasanya Aku itu dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku” (QS. Al Baqarah : 186)
3. Menjaga shalat fardhu lima waktu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan
shalat lima waktu bagaikan sungai yang mengalir deras di depan pintu
kalian, yang ia pergunakan untuk mandi lima kali sehari semalam” . Al Hasan mengatakan, “Mungkinkah ada kotoran yang tersisa?” (HR. Muslim)
Kaum muslimin rahimakumullah,
marilah kita jaga shalat lima waktu kita. Dan wajib bagi kaum laki-laki
berjamaah di masjid. Karena shalat yang ditegakkan dengan
sebenar-benarnya itu akan mencegah sesorang dari perbuatan keji dan
mungkar.
4. Memperbanyak amalan-amalan sunnah setelah yang wajib
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman : Tidaklah hamba-Ku
mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada
amalan yang Aku wajibkan atasnya. Dam hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya.”(HR. Bukhari)
5. Berkumpul dan bergaul dengan orang-orang yang shaleh dalam majelis-majelis ilmu
Tidaklah kita dapatkan dari orang-orang yang shaleh kecuali perkataan yang baik, akhlak yang baik, dan semua kebaikan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Perumpamaan
teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak
wangi dan tukang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan
memberikan hadiah minyak wangi kepadamu, atau engkau akan membeli minyak
wangi darinya, atau setidak-tidaknya engkau akan mendapatkan bau
semerbak wangi (dari minyak wangi yang ia jual). Adapun bersama tukang pandai besi, bisa jadi bajumu akan terbakar, atau jika tidak engkau pasti akan mendapati bau yang tidak sedap darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Interospeksi diri
Ibnul Qoyyim rahimahullah
mengatakan, “Sesungguhnya interospeksi diri termasuk perkara yang bisa
menyelamatkan seseorang dari siksa kubur”. Kemudian beliau melanjutkan,
”Hendaknya seseorang duduk mengingat Allah sesaat sebelum tidurnya,
kemudian dia koreksi dirinya atas kerugian dan keuntungan yang dia
dapatkan hari ini, lalu dia memperbaharui taubatnya kepada Allah Ta’ala, dia pun tidur dengan membawa diri yang sudah bertaubat. Dan dia lakukan setiap hari.” (Ar Ruh li Ibnil Qoyyim, 1/345)
(lihat Risalah ‘Ilmiyyah Syaikh Abdul Aziz As Sadhan)
Penutup
Sebenarnya
masih banyak amal-amal ibadah yang bisa mengantarkan seseorang kepada
kebahagiaan yang hakiki. Namun di sini hanya disampaikan beberapa saja
yang paling besar manfaatnya. Tentunya kita tidak bisa melakukan semua
usaha untuk memperoleh kebahagiaan hakiki kecuali dengan pertolongan
Allah Ta’ala. Maka marilah kita senantiasa memohon kepada Allah Ta’ala agar diberikan taufik dan karunia-Nya sehingga kita bisa memperoleh kebahagiaan yang sebenar-benarnya. Wallahul muwaffiq.
Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ’ala aalihi washahbihi wa sallama ajma’in, walhamdulillahi Rabbil ‘aalamin.
Penulis : Hasim Ikhwanudin (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
0 Komentar