Minta Dalil Tegas Larangan Mengucapkan Selamat Nat*l
Ada teman agak ‘liberal’ yang nantang, tunjukkan dalil tegas dari
al-Quran dan sunah yang melarang mengucapkan selamat natal & Tahun
Baru.. dengan kalimat yg berbunyi: “Dilarang mengucapkan selamat nat*l”.
jika tidak ada, berarti itu boleh..
Trim’s
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Pemahaman orang terhadap ayat al-Quran dan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbeda-beda sesuai tingkatan kecerdasannya.
Karena itulah, orang yang responsif terhadap setiap perintah dan
larangan yang ada dalam al-Quran, bisa mentadabburi kandungannya, Allah
Ta’ala sebut sebagai orang cerdas (Ulul Albab). Kata ini sering Allah sebutkan dalam al-Quran. Diantaranya,
Firman Allah,
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang
yang pikirannya jalan, bisa mengambil pelajaran. (QS. Shad: 29).
Allah juga berfirman, menjelaskan ayat mutasyabihat. Dimana yang bisa menyimpulkan dengan benar, hanyalah Ulul Albab.
فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ
مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ
وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ
يَقُولُونَ آَمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ
إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
“Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,
maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat
daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya,
padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada
ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan
tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan orang-orang yang
berakal.” (QS. Ali Imran: 7).
Pesan Tersirat dan Tersurat
Karena itulah, perintah dan larangan dalam al-Quran, tidak semuanya
Allah sampaikan dengan kalimat tegas. Banyak diantaranya, Allah
sampaikan dalam bentuk permisalan. Untuk memberi ruang bagi manusia,
agar mereka menggunakan akalnya untuk mencerna dan memahaminya.
Dan Allah menyatakan bahwa satu-satunya orang yang bisa memahami permisalan dalam al-Qur’an adalah orang yang berilmu,
وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ
“Demikianlah berbagai perumpamaan (permisalan) yang kami berikan
kepada manusia. Dan tidak ada yang bisa merenungkan maknanya kecuali
orang yang berilmu.” (QS. al-Ankabut: 43)
Dulu para sahabat merasa sedih, ketika mereka membaca ayat al-Quran,
sementara mereka tidak mampu memahami maknanya. Amr bin Murah radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan,
ما مررت بآية من كتاب الله لا أعرفها إلا أحزنني، لأني
سمعت الله تعالى يقول: وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا
يَعْقِلُهَا إِلا الْعَالِمُونَ
Setiap kali saya membaca ayat al-Quran yang tidak saya pahami
maknanya, maka saya sangat sedih. Karena saya mendengar firman Allah,
(yang artinya): “Demikianlah berbagai perumpamaan (permisalan) yang kami
berikan kepada manusia. Dan tidak ada yang bisa merenungkan maknanya
kecuali orang yang berilmu.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/280).
IQ Jongkok
Dalam al-Quran, Allah sering menyebut orang kafir dan terutama orang
munafiq dengan sebutan pemilik IQ jongkok, DDR – daya dong rendah –
susah memahami isyarat.
Diantaranya, Allah berfirman,
وَإِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِ
اللَّهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِكَ قُلْ
كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ فَمَالِ هَؤُلَاءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ
يَفْقَهُونَ حَدِيثًا
“Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah
dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka
mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad).” Katakanlah:
“Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu (orang
munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?” (QS. at-Taubah: 127)
Karena saking bodohnya orang munafik, sampai mereka kebalik-balik dalam memahami takdir.
Allah juga menyebut mereka sebagai kaum yang selalu gak faham, karena
mereka lebih takut kepada manusia dari pada takut kepada Allah.
لَأَنْتُمْ أَشَدُّ رَهْبَةً فِي صُدُورِهِمْ مِنَ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ
Sesungguhnya kamu dalam hati mereka lebih ditakuti daripada
Allah. Yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang tidak mengerti. (QS. al-Hasyr: 13).
Tidak Paham Isyarat
Sebenarnya pertanyaan orang yang mengidap penyakit ‘liberal’ di atas
menunjukkan pengakuan dirinya akan keterbatasan dalam memahami isyarat
dalil. Sehingga dia minta dalil yang serba tegas. Jika dia orang cerdas,
hanya dengan isyarat, dia bisa memahaminya.
Terlalu banyak dalil yang menunjukkan larangan mengucapkan selamat untuk hari raya orang kafir.
Diantaranya,
Pertama, Allah berfirman menceritakan sifat ibadurrahman,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Hamba-hamba Allah yang Maha belas kasih sayang, yaitu
orang-orang yang tidak mau menghadiri atau menyaksikan upacara agama
kaum musyrik (Az-zuur).” (QS. Al-Furqon, 72).
Makna kata az-Zuur dalam ayat di atas adalah hari raya orang-orang
musyrik. Sebagaimana keterangan para ulama tafsir, seperti Mujahid,
Ikrimah, Qadhi Abu Ya’la, dan Ad-Dhahak.
Allah sebut hari raya orang musyrik dengan az-Zur yang secara bahasa
artinya kedustaan. Karena semua hari raya orang musyrik adalah dusta
atas nama Allah. Lalu bagaimana mungkin kita memberikan pengakuan dengan
mengucapkan selamat atas kedustaan mereka?
Kedua, Allah berfirman, menyebutkan sifat Ibrahim,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ
وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَاء مِنكُمْ
وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا
بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاء أَبَداً حَتَّى
تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada
Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata
kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dari
dari apa yang kalian sembah selain Allah, kami berlepas diri dari
(kekafiran)mu, dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan
kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (QS. al-Mumtahanah: 4)
Allah sebut Ibrahim sebagai suri teladan yang baik. Artinya, jika
anda ingin jadi baik, ikuti ajaran Ibrahim. Dan bagian dari ajaran
beliau, berlepas diri dari orang kafir dan semua kegiatan kekufuran.
Termasuk hari raya mereka. Jika kita berlepas dari dari tindakan
kekufuran mereka, bagaimana mungkin kita akan tega mengucapkan selamat
untuk kekufuran mereka. Kecuali jika kita ingin menjadi kafir seperti
mereka.
Ketiga, Nabi melarang mendahului ucapan salam
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ
“Janganlah kalian mendahului Yahudi dan Nashara dalam salam (ucapan selamat).” (HR. Muslim 2167).
Ucapan selamat yang dilarang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk disampaikan kepada oranng kafir, bentukanya adalah kalimat salam: assalamu alaikum … yang ini isinya doa kebaikan.
Jika ini dilarang, apalagi ucapan selamat untuk perayaan kekufuran mereka.
Ucapan selamat natal termasuk di dalam larangan hadits ini.
Dan masih banyak dalil lainnya, yang tidak mungkin untuk disebutkan, karena akan terlalu panjang.
Orang cerdas akan bisa memahami dalil itu dengan baik, sehingga dia akan menghindari ucapan selamat untuk hari raya orang kafir.
Sementara orang IQ rendah, akan kesulitan memahaminya, dengan alasan
kurang tegas. Padahal seharusnya dia tahu diri, sehingga dia akan
mengikuti orang cerdas yang bisa memahaminya dengan benar.
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
KonsultasiSyariah.com didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia.
0 Komentar